Sabtu, 26 Maret 2011

pendidikan alternatif

Macam – Macam Pendidikan Alternatif

Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah khusus dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki karakteristik sebagai berikut: pendekatannya bersifat individual, memberi perhatian besar (kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik) serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.

Menurut Jery Mintz (1994) pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:
1. Sekolah Umum Pilihan (Public Choice)
2. Sekolah / Lembaga Pendidikan Umum untuk Siswa Bermasalah (student at risk)
3. Sekolah / Lembaga Pendidikan Swasta (Independent)
4. Pendidikan di rumah (home-based schooling).

Sekolah Umum Pilihan
Sekolah umum pilihan adalah lembaga pendidikan dengan biaya negara (dalam pengertian sehari-hari disebut sekolah negeri) yang menyelenggarakan program belajar dan pembelajaran yang berbeda dengan program regular (konvensional), namun mengikuti sejumlah aturan baku yang telah ditentukan. Contoh : SMP Terbuka, SMA Terbuka, Sekolah Bibit (Taruna Nusantara, Sekolah Analisis Kimia, dan SMA Angkasa ), dan Kejar Paket (A, B, dan C).

Kejar Paket (A, B, dan C)
Pendidikan kesetaraan meliputi program Kejar Paket A setara SD (6 tahun) ,Paket B setara SMP (3 tahun), dan Paket C setara SMA (3 tahun). Program ini semula ditujukan bagi peserta didik yang berasal dari masyarakat yang kurang beruntung, tidak pernah sekolah, putus sekolah dan putus lanjut, serta usia produktif yang ingin meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup. Tidak ada batasan usia dalam program kesetaraan ini. Pegawai negeri, ABRI, anggota DPR, karyawan pabrik banyak yang memanfaatkan program kesetaraan ini untuk meningkatkan kualifikasi ijazah mereka.
Definisi mengenai setara adalah sepadan dalam civil effect, ukuran, pengaruh, fungsi dan kedudukan. Sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 26 Ayat (6) bahwa " Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan."

Oleh karena itu, pengertian pendidikan kesetaraan adalah jalur pendidikan nonformal dengan standar kompetensi lulusan yang sama dengan sekolah formal, tetapi kontens, konteks, metodologi, dan pendekatan untuk mencapai standar kompetensi lulusan tersebut lebih memberikan konsep terapan, tematik, induktif, yang terkait dengan permasalahan lingkungan dan melatihkan kecakapan hidup berorientasi kerja atau berusaha sendiri. Dengan demikian pada standar kompetensi lulusan diberi catatan khusus. Catatan khusus ini meliputi: pemilikan keterampilan dasar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Paket A), pemilikan keterampilan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, dan pemilikan keterampilan berwirausaha (Paket C).

Taruna Nusantara
 Visi : Sekolah Menengah Atas Unggulan berciri kenusantaraan dengan Pamong Pengajar Pengasuh dan Pamong Administrasi berkualitas, dibangun dan disiapkan menjadi satu kesatuan utuh dengan sarana prasarana serta fasilitas pendidikan yang yang modern yang mampu mengembangkan siswa secara professional menjadi lulusan berkualitas yang siap berkompetisi di tingkat nasional dan internasional.
 Misi :
o Menyiapkan Perguruan SMA Taruna Nusantara menjadi sekolah unggulan yang menghasilkan lulusan berkualitas melalui pengelolaan secara professional dilengkapi sarana dan prasarana serta fasilitas modern dan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi pengembangan kreativitas dan kerja keras meraih prestasi.
o Memilih lulusan terbaik dan potensial dari SMP di seluruh wilayah Indonesia untuk menjaadi siswa SMA Taruna Nusantara.
 Kurikulum
Kurikulum SMA Taruna Nusantara merupakan lembaga pendidikan yang memiliki kekhususan bila dibandingkan dengan sekolah-sekolah pada umumnya. Pendidikan yang dilaksanakan berpedoman pada acuan umum system pendidikan nasional dengan ajaran Ki Hajar Dewantara yang diwujudkan dalam Wawasan Kebangsaan, Wawasan Kejuangan, dan Wawasan kebudayaan. SMA Taruna Nusantara menggunakan beberapa kurikulum sebagai berikut :

1) Kurikulum Umum (dari Depdiknas)
Untuk mengembangkan kemampuan bidang akademis digunakan Kurikulum Nasional yang ditetapkan. Sejak berdiri telah menggunakan kurikulum SMA 1984 mulai tahun 1990-1994, kurikulum SMA 1994 mulai tahun 1994-1999 dan kurikulum SMA 1994 yang disempurnakan digunakan mulai tahun 1999 hingga saat ini.

2) Kurikulum Khusus (dari SMA Taruna Nusantara)
Untuk mengembangkan potensi kepemimpinan siswa dengan sasaran aspek-aspek mental, spiritual, mental ideology, mental kejuangan, dan kepemimpinan. Terdiri dari sejumlah mata pelajaran dan kegiatan :
a. Mata pelajaran Kenusantaraan :
Agar siswa memahami, mengahayati nilai-nilai moral keagamaan, kenegaraan, kejuangan, kesusilaan, kemasyarakatan sebagai nilai-nilai luhur budaya bangsa.
b. Mata pelajaran Bela Negara :
Agar siswa memiliki pengertian, pengetahuan, dan keterampilan dasar bela Negara yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam sikap berdisiplin tinggi, berwawasan kebangsaan, kejuangan dan kebudayaan.
c. Mata pelajaran Kepemimpinan :
Agar siswa memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang dasar-dasar ilmu kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan potensi secara optimal.
d. Mata Kegiatan rutin Terjadwal :
Merupakan kegiatan yang telah dijadwalkan setiap harinya terdiri atas bangun pagi, ibadah, makan, apel, belajar, penugasan rutin individu dan kelompok serta istirahat.
e. Mata Kegiatan Rutin Terprogram :
Kegiatan yang diprogramkan sekolah untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan komplementer yang dapat mewadahi bakat, minat, dan kebutuhan pedagogis lainnya.
f. Mata Kegiatan Terproyek :
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain kegiatan OSIS, peringatan hari besar, karya wisata dan kegiatan tradisi.
g. Mata Kegiatan Kreatif Mandiri :
Kegiatan yang dilaksanakan secara mandiri oleh siswa diluar mata kegiatan di atas.
h. Ekstrakurikuler :
Untuk memupuk, melatih dan mengembangkan potensi kepemimpinan siswa dibentuk OSIS, Pramuka, KIR, Pecinta Alam, PMR, Drumband, Kesenian Tari dan Karawitan, paduan Suara, Keputrian, Bela Diri, dan Olah Raga.

Sekolah/Lembaga Pendidikan Publik Siswa Bermasalah
Sekolah/lembaga pendidikan umum untuk siswa bermasalah adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan untuk anak-anak bermasalah. Pengertian “siswa bermasalah” di sini meliputi mereka yang:
• tinggal kelas karena lambat belajar,
• nakal atau mengganggu lingkungan (termasuk lembaga permasyarakatan anak),
• korban penyalahgunaan narkoba,
• korban trauma dalam keluarga karena perceraian orang tua, ekonomi, etnis/budaya (termasuk bagi anak suku terasing dan anak jalanan dan gelandangan),
• putus sekolah karena berbagai sebab,
• belum pernah mengikuti program sebelumnya. Namun tidak termasuk di dalamnya sekolah luar biasa yang dibangun untuk penyandang kelainan fisik dan/atau kelainan mental seperti tunarungu, tunanetra, tunadaksa, dsb. Contoh : SLB E (tunalaras)

Pendidikan Tunalaras (SLB-E)
Bentuk Layanan Pendidikan bagi Anak Tunalaras
1. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhkan di sekolah regular kelas khusus bila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman sekelas.
2. SLB-E (bagian tunalaras) tanpa asrama
3. SLB-E dengan asrama, bagi anak yang tingkat kenakalan berat
4. Terapi perilaku sosial
5. Terapi kelompok (peer teaching).

Bentuk satuan dan lama pendidikan bagi anak Tunalaras
1. SDLB lama pendidikan sekurang-kurangnya 6 tahun
2. SLTPLB lama pendidikan sekurang-kurangnya 3 tahun.
3. SMLB lama pendidikan sekurang-kurangnya 3 tahun

Tenaga Kependidikan bagi anak Tunalaras adalah:
1. Kepala Sekolah
2. Wakil Kepala Sekolah
3. Guru berlatar belakang PLB
4. Anggota masyarakat yg mempunyai keahlian atau kemampuan yg di butuhkan oleh anak tunalaras.

Program pembinaan sekolah anak Tunalaras
1. Sistem pengajaran
a. Sistem pengajaran yang bersifat penyuluhan (remedial teaching). Tujuan pengajaran ini adalah membantu murid dalam kesulitan belajar.
b. Sistem pengajaran klasikal
2. Program Bimbingan penyuluhan
a. program bimbingan penyuluhan suasana hidup beragama di asrama
b. program keterampilan
c. program belajar di sekolah regular
d. program bimbingan kesenian
e. program kembali ke orang tua
f. program kembalu ke masyarakat
g. program bimbingan kepramukaan

Kurikulum dan program pengajaran bagi anak Tunalaras:
1. Kurikulum SDLB terdiri dari :
a. program Umum
b. program Khusus (disesuaikan dengan jenis kelainan siswa)
c. program Muatan Lokal (disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan)
2. Kurikulum SLTLB terdiri dari :
a. program Umum
b. program Khusus
c. program Muatan Lokal
d. program pilihan (program yang berisi paket keterampilan dgn tujuan untuk membekali siswa hidup mandiri dalam masyarakat).
3. Kurikulum SMLB
a. program Umum
b. program Pilihan

Sekolah/Lembaga Pendidikan Swasta
Sekolah/Lembaga Pendidikan Swasta mempunyai jenis, bentuk dan program yang sangat beragam, termasuk di dalamnya program pendidikan bercirikan agama seperti pesantren & sekolah Minggu: lembaga pendidikan bercirikan keterampilan fungsional seperti kursus atau magang: lembaga pendidikan dengan program perawatan atau pendidikan usia dini seperti penitipan anak, kelompok bermain dan taman kanak-kanak. Contoh : Pesantren, Sekolah Alam, Sekolah Alternatif Qaryah Thayyibah

Sekolah Alam
Dalam konsep pendidikan Sekolah Alam, fungsi alam antara lain :
1. Alam sebagai ruang belajar
2. Alam sebagai media dan bahan ajar
3. Alam sebagai objek pembelajaran

Proses pembelajaran Sekolah Alam menyandarkan pada 4 (tiga) pilar :
1. Pengembangan akhlak melalui teladan (Learning by Qudwah) melalui konsep tauladan pengembangan EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) yang diimplementasikan secara praktis.

2. Pengembangan logika dan daya cipta melalui Expreriental Learning disusun secara holistik menggunakan spider web agar logika ilmiah siswa berkembang secara integral. Sehingga mampu atau terbiasa mengamati fenomena alam, mencatat data, melakukan eksperimen, dan membentuk sebuah teori.

3. Pengembangan kepemimpinan dengan metode Outbond Training kegiatan utama berupa Outbond mental education untuk membentuk karakter anak yang memuncak pada kepemimpinan dengan mengembangkan nilai-nilai adil, amanah, musyawarah, kerjasama, melindungi, mengayomi, membela kaum tertindas dan menjaga keseimbangan alam semesta.gai penunjang KBM, dengan penekanan pada pengelolaan fasilitas yang terdapat di Sekolah Alam Cikeas agar berfungsi optimal.

4. Pengembangan kemampuan berwirausaha Contoh : Sekolah Alam Cikeas, Sekolah Alam Bogor

Pendidikan di Rumah (Home Schooling)
Pendidikan di rumah termasuk dalam kategori ini adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh keluarga sendiri terhadap anggota keluarganya yang masih dalam usia sekolah. Pendidikan ini diselenggarakan sendiri oleh orang tua atau keluarga dengan berbagai pertimbangan, seperti: menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup yang bertentangan dengan tradisi keluarga (misalnya pendidikan yang diberikan keluarga yang menganut fundalisme agama atau kepercayaan tertentu); menjaga anak-anak agar selamat dan aman dari pengaruh negatif lingkungan; menyelamatkan anak-anak secara fisik maupun mental dari kelompok sebayanya; menghemat biaya pendidikan; dan berbagai alasan lainnya. Co/ Pendidikan keluarga Ali Sadikin, Home Schooling Kak Seto

Homeschooling
Homeschooling (Sekolah rumah), menurut Direktur Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) Ella Yulaelawati, adalah proses layanan Pendidikan yang secara sadar, teratur dan terarah dilakukan oleh orang tua atau keluarga dan proses belajar mengajar pun berlangsung dalam suasana yang kondusif.
Tujuannya, agar setiap potensi anak yang unik dapat berkembang secara maksimal. Rumusan yang sama juga dipegang oleh lembaga-lembaga pendidik lain yang mulai menggiatkan sarana penyediaan program Homeschooling.

Ada beberapa klasifikasi format Homeschooling, yaitu:
1. Homeschooling tunggal
Dilaksanakan oleh orangtua dalam satu keluarga tanpa bergabung dengan lainnya karena hal tertentu atau karena lokasi yang berjauhan.
2. Homeschooling majemuk
Dilaksanakan oleh dua atau lebih keluarga untuk kegiatan tertentu sementara kegiatan pokok tetap dilaksanakan oleh orangtua masing-masing. Alasannya: terdapat kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan oleh beberapa keluarga untuk melakukan kegiatan bersama. Contohnya kurikulum dari Konsorsium, kegiatan olahraga (misalnya keluarga atlit tenis), keahlian musik/seni, kegiatan sosial dan kegiatan agama
3. Komunitas Homeschooling
Gabungan beberapa Homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olah raga, musik/seni dan bahasa), sarana/prasarana dan jadwal pembelajaran. Komitmen penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50-50.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar